Ayo menghafal Asmaul Husna

Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 : "Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".

قال رسول الله صلىالله عليه وسلم مَنْ وَرَّخَ مُسْلِمًا فَكَأَ نَّمَا اَحْيَاهُ وَمَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَ نَّمَا زَارَنِى وَمَنْ زَارَنِى بَعْدَ وَفَاتِى وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِى. روه ابو داود وترمذى

Barang siapa membuat tarekh (Biografi) seorang muslim, maka sama dengan menghidupkannya. Dan barang siapa ziarah kepada seorang Alim, maka sama dengan ziarah kepadaku (Nabi SAW). Dan barang siapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka wajib baginya mendapat syafaatku di Hari Qiyamat. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Rabu, 24 November 2010

SOFTWARE PENAMPIL LIRIK LAGU

Buat kamu yang lagi ngapalin lirik lagu MP3, trus kamu googling dengan keyword cara menampilkan lirik lagu di winamp ato nyari software lirik lagu , software penampil lirik lagu trus gak nemu-nemu.. toh kalopun nemu musti online gitu… itu kan sama aja.. nahhh.. gw ada satu software yang mungkin elo dah tau, cuma masih ada kendala nih… gw kasih tau bro.. software minilyrics ini pasti dah dikenal luas.. cuma banyak yang ngeluh kan..

sebelumnya nih.. elo silahkan download dulu penampil lirik lagu di winamp

Download software MiniLyrics disini

Nahhh.. sekarang kamu buka winamp .. coba play lagu dari MP3.. trus klik hasil instalan software tadi … nah… klik icon search online .

pilih salah satu yang terdetect oleh software minilyrics tadi yang berformat LRC , klik 2x

bila lagu tadi diputar maka lirik akan tersimpan di komputer , sehingga bila kita putar lagu tadi lirik akan muncul sendiri tanpa harus conect internet.

waktu install software tadi , diakhir penginstalan bila program meminta nomor regester , abaikan saja , dan klik tutup.

program masih tetap jalan meskipun kita tadak membeli lisensinya atau memasukkan no.regestrynya.

… Selamat mencoba...........

Kamis, 18 November 2010

Ulama' ulama' Nusantara

HABIB MUHAMMAD BIN HUSIN AL IDRUS ( HABIB NEON SURABAYA )




Habib “NEON” ???? , Saya penasaran kenapa Julukan seorang Ulama termasyhur disurabaya , seorang Ahli Bait min Zurriyati Rosulillah saw digelari dengan “Neon”. Setahu saya Neon itu bahasa Jadul ( jaman dulu) adalah lampu listrik berbentuk tabung yang berisi gas Neon, Apa dulu Ulama tersebut seorang pengusaha lampu listrik Neon?? , berangkat dari penasaran saya coba cari cari sumber Referensi Kenapa Habib Muhammad yang bermarga Al idrus diberi gelar dengan Habib Neon ???

Dan ternyata Ada cerita menarik yang perna saya dengar bahwa suatu hari di Masjid Surabaya di gelar Majlis ta’lim yang diadakan rutin setelah ba”da isya , puluhan orang memadati masjid untuk mengikuti dan mendengarkan tausiah dari seorang ulama , tiba tiba listrik padam serentak jamaah berhamburan keluar ruangan masjid karena gelap gulita, nampak dari kejauhan seseorang menghampiri menuju masjid dengan menggunakan Gamis khas Yaman dan dipundaknya terlilit sorban berwarna hijau dan tak lain beliau adalah Habib Muhammad bin Husein Al idrus , tiba tiba saat beliau memasuki masjid ruangan masjid yang semula gelap menjadi terang terlihat pancaran cahaya dari tubuh Habib Muhammad bin husein al idrus, semua jamaah dibuat terperanjat menyaksikan kejadian tersebut. Tubuh Habib Muhammad dapat memancarkan cahaya seperti Neon ( lampu listrik) . Sejak saat itu Habib Muhammad dikenal dan dijuluki sebagai Habib Neon karena tubuhnya dapat memancarkan cahaya.

Ulama Surabaya kelahiran Tarim Yaman tahun 1898 M , merupakan sosok ulama min auliyaillah yang menjadi panutan dan tempat Curhat para warga masyarakat baik di Surabaya maupun dari berbagai daerah di tanah air. Sejak kecil mendapat tempaan ilmu dari Ayahandanya Habib Husein bin Zainal Abidin Al idrus yang memang seorang ulama dan arif billah , Marga beliau Alidrus yang artinya ketua orang-orang tashauf dan kebanyakan Ulama yang bermarga Alidrus ahli tashauf sebut saja Shohibul Ratib Al imam Habib Abdulloh bin Abu bakar Al idrus dan Shohibul Luar batang Habib Husein bin bi bakar Al Idrus juga seorang Ahli Thasauf. Begitupula dengan Habib Muhammad bin Husein Al Idrus sosok ulama Surabaya yang Ahli Thasauf. Beliau gemar berpuasa karena menurutnya Sumber dari Nafsu adalah perut yang terlalu kenyang dan berlebihan , beliau melakukan Mujahadah berpuasa sepanjang tahun dan makan sahur serta berbuka puasa hanya dengan 7 butir korma itu semua beliau lakukan semata mata agar merasa dekat dengan Alloh dan mengikuti cara cara ibadah para ulama ulama salapus sholeh .

Habib Muhammad bin husein ali drus terkenal sebagai sosok ulama yang tawadhu’ dan sangat memuliakan tamu yang berkunjung kerumahnya dan selalu menghadiri setiap kali beliau diundang terutama oleh fakir miskin. Setiap tamu yang berkunjung dan bertemu Habib Muhammad bin husein al idrus merasa sangat senang akan keramahan beliau dan bahkan sepertinya Habib Muhammad sudah tahu lebih dahulu apa yang akan diungkapkan sang tamu ini merupakan Karunia Alloh yang telah diberikan kepada Ulama min awliyaillah Habib Muhammad bin Husein al Idrus . Beliau juga sangat memuliakan para ulama ulama bahkan beliau pernah pergi berbulan bulan sekedar untuk untuk silahturahim dengan para ulama mengambil Tabaruk seperti ke Palembang, pekalongan , Tuban dan lain lain. Prilaku marga al idrus yang mengalir dalam darahnya menjadikan beliau memiliki maqom yang tinggi ahli dalam Ma’rifatulloh. Beliau tidak banyak bicara yang keluar dari mulutnya hanya merupakan untian mutiara hikmah dan dzikir, tidak pernah berbicara tentang hal hal yang tidak berguna , terkenal sangat dermawan kepada siapa saja yang membutuhkan.
Sepanjang hidupnya beliau gunakan untuk berdakwah dan mensyiarkan agama alloh, tanggal 22 juni 1969 Habib Muhammad bin Husein Al idrus kembali kerahmatulloh dalam usia 71 tahun dan dimakamkam di TPU pegirikan Surabaya . Maqom beliau tak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah di Nusantara terutama sekali ketika acara haul Beliau ribuan orang akan tumpah ruah kejalan.

HABIB JA'FAR BIN SYAIKHON ASSEGAF PASURUAN JAWA TIMUR

KH.ABDUL WAHAB CHASBULLOH



Tahun 2003 ketika saya menghadiri Haul akbar Maha guru Pon-pes darul hadist al Faqihiyyah malang Jawa timur, saya sempat berkunjung ke salah seorang kerabat istri saya di Tambak beras Jombang bernama Nyai fatimah bin Kh Usman Abidin yang suaminya bernama KH Hasib Hasbulloh yang akrab di panggil Gus Hasib. Ayahnya seorang Ulama besar di jawa timur dan menjadi salah satu penggerak dan pendiri Nahdlatul U’lama ( NU ). Beliau bernama Kh.Abdul Wahab Hasbulloh yang dilahirkan di desa tambak beras Jombang bulan maret tahun 1888 M . Sejak kecil Beliau menerima pelajaran dasar-dasar agama Islam dari ayahnya K.Hasbulloh , menginjak usia 13 tahun beliau melanjutkan ke Pondok pesantren Langitan Tuban, Pondok Mojosari Nganjuk, Pondok pesantren Tawang sari sepanjang kemudian melanjutkan ke pondok KH.Muhammad Kholil Bangkalan Madura setelah itu melanjutkan ke Pondok pesantren Tebuireng Jombang.

Hampir 14 tahun menuntut ilmu di tanah air , sekitar tahun 1921 M Kh.Abdul Wahab Hasbulloh Pergi ke tanah Suci Mekkah di samping menunaikan ibadah Haji beliau juga belajar disana selama hampir 5 tahun , Guru guru beliau di Mekkah adalah Kh.Mahfudz Termas yang juga berasal dari Indonesia dan Syech Al Yamani dari kedua guru inilah beliau mendapat ijazah istimewa karena kecerdasan yang beliau miliki.

Kyai Abdul Wahab kembali dari belajarnya di tanah suci Makkah. dan membantu mengajar di pesantren yang telah dirintis oleh ayahnya , kepedulian Kh.A wahab terhadap kondisi bangsa yang masih dijajah oleh bangsa Asing memaksa beliau untuk aktif terhadap gerakan kebangsaan melalui berdirinya “TASWIRUL AFKAR” bersama dengan Kh.Mas Mansyur dan sekarang menjadi Madrasah terbesar di kota Surabaya . Tahun 1916 dari Taswirul afkar ini beliau mendirikan madrasah “Nahdlatul Wathon” yang artinya kebangkitan tanah air. Pada mulanya madrasah ini di asuh oleh para ulama-ulama terkenal seperti KH.Mas mansyur lama kelamaan Madrasah tersebut menjadi tempat pengkaderan para remaja islam yang kemudian biasa disebut Jamiyyah Nasihin, Kh A Wahab juga mendirikan koperasi pedagang tahun 1918 yang bernama “Nahdaltut Tujjar” .

Memasuki tahun 1920 persaingan antara kaum Tradisionalis yang di wakili oleh Kh.A Wahab dan kaum Modernis yang di wakili oleh Kh.Ahmad dahlan ( pendiri Muhammadiyyah) dan Syeck Ahmad Sukarti ( Al irsyad ) semakin memanas , ketika kaum Modernis menyerang Praktek - praktek kaum Tradisionalis yang dianggapnya mengandung Kufarat dan Bid’ah. Kh.A Wahab dan Kh.Hasyim Asy’ari tidak sepenuhnya menolak saran kaum Modernis terutama mengenai modernisasi sistem pendidikan walaupun menolak meninggalkan Mazhab. Upaya mencari titik temu antara kaum tradisionalis dan modernis semakin sulit tatkala islam modernis semakin gencar melakukan pembaharuan melalui forum - forum perdebatan dan propaganda yang kontraversial adalah yang dilakukan oleh Faqih hasyim murid Haji Rosul dari sumatra barat di Surabaya.

Dan yang paling mengejutkan adalah mundurnya salah seorang Guru Nahdlatul Wathon yaitu Kh Mas Mansyur ikut bergabung dengan Muhammadiyah. Sungguhpun demikian Tokoh ulama tradisionalis tidak patah semangat , Kh A Wahab melobi beberapa Ulama -ulama untuk membentuk gerakan yang mewakili kaum Tradisionalis mulanya usaha Kh.A wahab di tolak oleh Kh.Hasyim Asy’ari karena khawatir akan memperuncing perselisihan yang akan mengakibatkan terjadinya perpecahan dikalangan umat Islam. Akhirnya Kh Hasyim Asy’ari berkonsultasi dengan gurunya KH.Muhammad Kholil bangkalan madura tentang Usulan para ulama yang mengawakili kalangan Tradisionalis untuk membentuk sebuah Jamiyyah. Lalu Kh Muhammad Kholil memberikan muridnya Kh Hasyim Asy”ari sebuah tongkat yang merupakan suatu Isyarat bahwa Gurunya merestui Usulan tersebut . Akhirnya tanggal 31 januari 1926 bertepatan dengan 16 Rajab 1334 H di bentuklah sebuah Jamiyyah yang di beri nama NAHDLATUL OELAMA ( NO ) atau Nahdlatul U’lama ( NU ) dalam ejaan yang telah di sempurnakan. Turut hadir dalam pertemuan tersebut tokoh tokoh ulama yang mewakili kaum Tradisionalis diantaranya adalah Kh.Hasyim Asy’ari, KH.A Wahab Hasbulloh, Kh.Bisri Sansuri(jomabang), Kh.Ridwan Abdulloh(Surabaya), Kh.Asnawi( Kudus), Kh.Ma’sum (lasem), Kh Nawawi (pasuruan), Kh.Nahrowi ( malang), Kh.Abdul Aziz (Surabaya) dll.

Pertemuan yang dilakukan di rumah Kh.A Wahab Hasbullah mengasilkan 3 keputusan penting.

1. Mengutus Delagasi untuk menemui Raja Sa’ud di Mekkah untuk menghormati dan menghargai kebebasan melakukan peribadatan kaum Tradisionalis di Indonesia dan usul tersebut diterima oleh Raja Sa’ud.

2. Membentuk Sebuah Jamiyyah sebagai wadah persatuan para Ulama dalam tugasnya memimpin umat menuju Izzatul Islam wal muslimin. Jamiyyah tersebut di beri nama Nahdlatul u’lama ( NU ) yang tujan utamanya adalah terwujudnya masyarakat islam yang beraqidah Ahlus sunnah wal jama’ah.

3. Semangat Nasionalisme dan kegamaan terhadap politik Hindia Belanda yang membatasi kebebasan umat Islam Indonesai melakukan ibadah Haji. Dan semangat melestarikan Trasidi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik ( al muhafadzah ‘ala qadim al salih wa al akhdzu bil jadid al aslah) . Hal ini yang telah di wariskan oleh para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah air tanpa menimbulkan gejolak.

Kiprah perjuangan KH.A Wahab hasbulloh banyak sekali mewarnai perjalanan NU dari masa ke masa. Keputusan keputusan penting yang diambil NU mewarnai peran Kh.A.Wahab Hasbullah dalam percaturan politik di tanah air. Pada hari Rabu tanggal 29 Desember 1971 KH.A Wahab Hasbulloh meninggal dunia dan dimakamkan di komplek psantren Tambak beras Jombang Jawa timur.





GUS DUR DIBENCI DAN DICINTAI

Tulisan ini saya angkat atas kekaguman saya pada Gus dur sosok ulama, sosok politikus yang sekuler , sosok negarawan . Terkadang saya sendiri kurang setuju terhadap beberapa pola pikir Gur dur yang selalu melawan arus dan cendrung dianggap merugikan umat islam . Tapi itulah Gus dur pola pemikirannya yang jenius jauh melesat. Sulit dicerna oleh orang awam seperti saya. Baru beberapa tahun kemudian apa yang dipikirkan Gus dur terbukti kebenarannya. Kejeniusan Gus dur tak lepas dari khazanah bacaan yang terekam dalam otaknya maka tak heran Gus dur mampu menangkap dengan cepat dan cerdas sumber ilmu yang ia pelajari. Kecerdasan inilah yang kemudian oleh warga NU diyakini Gus dur memiliki ilmu LADUNNI (Ilmu yang diperoleh dari Alloh tanpa belajar ) bahkan ada yang meyakini bahwa Gus dur sosok Auliyaillah (wali) hingga saat ini Makam Gus dur di tebuireng masih ramai dikunjungi para peziarah yang datang dari berbagai pelosok di nusantara.

Suatu hari seorang ulama ahli tarekat bernama Syech Nazhim al haqqani berkunjung ke Indonesia dan ditanya oleh jamaah “apakah Gus dur itu wali ? jawab Syech Nazhim al haqqani ‘Lihatlah nanti ketika Gus Dur meninggal, benar saja ketika Gus dur meninggal ribuan orang mengiringi prosesi pemakamannya dan makamnya tak pernah sepi di ziarahi oleh umat yang mencintai Gus dur.

Kelugasan dan kepolosan Gus Dur dalam membuat pernyataan merupakan kekuatan yang dimilikinya , namun tentu saja memiliki implikasi yang negatif bagi orang lain. Aroma mistis spritual selalu melekat dalam diri Gus Dur . Bisikan bisikan yang katanya merupakan “Suara Langit” selalu gus dur kemukakan hal tersebut bagi orang lain dapat diartikan menentramkan atau sebaliknya justru meremehkan dan membuat gerah orang. Gus dur kadang sulit dimbangi dengan langkah langkah taktisnya, sehingga terkesan emosional, meskipun demikian orang berusaha memakluminya penyampaian gagasan dengan ceplas ceplos dan humoris merupakan langkah jenius Gus dur melintas batas menembus ketegangan , gus dur sanggup menjalin silahturahim dengan segala perbedaan perbedaan.

Sebagai politikus dan pejuang Gus Dur selalu dapat membedakan antara urusan politik dan hubungan pribadi. Dia bisa keras, tegas, dan cenderung berkepala batu dalam sikap-sikap politiknya, tetapi selalu menjaga hubungan pribadi melalui silaturahmi yang selalu hangat dan bersahabat. Bukan hanya kawan politiknya yang diakrabi, tetapi lawan-lawan politiknya pun dihormati dengan silaturahmi. Kita tentu masih ingat nama Abu Hasan, pesaing Gus Dur dalam perebutan kursi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU (1994) di Cipasung.

Sebagai calon ketua umum yang menurut berita diskenariokan oleh kekuatan luar ( alat politik suharto ) untuk menjinakkan NU, Abu Hasan ngotot untuk menjadi Ketua Umum PBNU. Setelah kalah dalam pemilihan yang demokratis di muktamar Abu Hasan tidak mau terima. Dia pun membentuk PBNU tandingan dengan nama KPPNU. Namun berkat dukungan arus bawah dan para kyai kyia kampung terhadap Gus Dur, meski memakan waktu agak lama, akhirnya KPPNU itu bubar tanpa komunike karena tak bisa bekerja tanpa dukungan umat. Yang mengharukan, setelah KPPNU runtuh dan PBNU di bawah Gus Dur berjaya, justru Gus Dur-lah yang datang pertama kali bersilaturahmi ke rumah Abu Hasan tanpa mengungkit kelakuan dan cercaan-cercaan pedas yang pernah dilontarkan Abu Hasan terhadap dirinya.

Dirangkulnya Abu Hasan sebagai sahabatnya. Ketika terjadi konflik PKB Jawa Timur yang melibatkan Kiai Fawaid. Saat itu Kiai Fawaid terpilih sebagai Ketua Dewan Syura PKB Jawa Timur, tetapi tidak ada kecocokan dengan Gus Dur dan Ketua PKB Jawa Timur Choirul Anam dalam susunan kepengurusan. Kiai Fawaid merasa hak-haknya sebagai Ketua Dewan Syura hasil musyawarah wilayah (muswil) dilanggar, apalagi Gus Dur sempat marah dan menyatakan tak akan berhubungan lagi dengan Kiai Fawaid.

Pewaris tokoh NU karismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin itu pun keluar dari PKB dan bergabung dengan PPP. Pada saat Kiai Fawaid bersikap keras dan resmi menyatakan bergabung ke PPP, Gus Dur tetap menyambung silaturahminya dengan Kiai Fawaid. Pada suatu tengah malam secara mendadak Gus Dur berkunjung ke rumah Kiai Fawaid di Sukorejo meskipun harus menempuh perjalanan darat yang sangat jauh. Gus Dur menghormati pilihan Kiai Fawaid keluar dari PKB dan silaturahmi terus dipelihara.

Pernah suatu ketika Gus dur menjadi presiden mampir kerumah Hanafi Asnan yang waktu itu menjabat Kepala Staf Angkatan Udara , pada waktu itu acara tanam seribu pohon di wilayah madura bersama mentri kehutanan marzuki usman , acara yang di telah di rencanakan oleh protokol kepresidenan tiba tiba gus dur menyelipkan acara berkunjung silahturahim ke rumah Hanafi asnan bangkalan madura, Meski diberi tahu bahwa KSAU Hanafi Asnan tak ikut dalam rombongan, Gus Dur mengatakan bahwa dirinya akan bersilaturahmi kepada ibunya Pak Hanafi , Padahal Gus Dur tak pernah kenal dengan ibunda Hanafi kecuali bahwa Hanafi adalah bawahannya yang berasal dari Madura, bukan main terharunya Ksau Hanafi asnan bahwa yang mampir menemui ibandanya adalah seorang presiden.

Itulah sisi lain kehidupan Gus Dur yang jarang diperhatikan orang, yakni suka bersilaturahmi kepada siapa pun. Banyak yang meyakini bahwa kegemaran bersilaturahmi tanpa jarak “antara orang besar dan orang biasa” itulah yang mengakibatkan Gus Dur menjadi milik dan dicintai oleh begitu banyak orang.

Gus Dur tak pernah lelah bersilaturahmi kepada siapa pun, mulai dari kota besar sampai ke desa terpencil, mulai dari sahabat karib sampai ke lawan-lawan politik, mulai dari orang-orang besar sampai orang-orang kecil.

Jadi selain karena modal politik- sosiologisnya sebagai tokoh yang berdarah biru NU, kecerdasan dan kepandaiannya yang luar biasa, kehidupannya yang bersahaja, serta keterbukaan dan kesantunannya terhadap semua golongan, perihal kegemaran untuk selalu bersilaturahmi menjadi penguat bagi munculnya keseganan dan kecintaan masyarakat terhadap Gus Dur.

Prof DR kh Said Aqil Siraj pernah bercerita bahwa suatu hari dirinya bersama Gus dur pergi ke Madinah untuk berziarah , waktu malam tiba Gus dur mengajak dirinya berkeliling masjid untuk mencari seorang “Waliyulloh”, setelah berkeliling akhirnya Kh said menunjuk sesorang yang menggunakan imamah dan keningnya hitam bekas sujud ‘”apakah itu wali Gus ? kata Kh said aqil. ” Bukan ….dia bukan Wali ” kata Gus Dus, setelah berkeliling keliling dimasjid madinah Gus dur menghentikan langkahnya dan menunjuk bahwa orang yang di depannya ini adalah wali, sesorang yang hanya menggunakan sorban biasa dan duduk diatas sajadah, lalu kh said aqil meminta kepada orang yang di tunjuk Gus dur wali itu tersebut untuk mendoakan Gus dur dan dirinya, Lalu orang tersebut mendoakan Gus dur agar sukses dan di ridoi , selesai berdoa orang tersebut pergi sambil menarik sejadahnya dan berkata ” Ya Alloh dosa apa saya , sehingga maqom dan kedudukan saya di ketahui orang. la yariful wali illa biwalli . wallohu a’lam

Tulisan ini saya ambil dari http://sachrony.wordpress.com

KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK KYAI NYELENEH)


KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK)

KH Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri),Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial (hablum minallah wa hablum minannas). Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” (pengingat mereka yang lupa). Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU), seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar Jawa.Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat.

ayah gus mik KH.Achmad djazuli Usman

KH.ACHMAD DJAZULI USMAN

Gus Miek seorang hafizh (penghapal) Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan ,beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin.

gus miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyeleneh beliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti discotiq ,club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di jawa timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesianya pemikiran jalan pintas.

Pernah di ceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke discotiq dan disana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek.” Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ? lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan ,Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..? lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek.

jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akherat kelak.

Ketika beliau berda’wak di semarang tepatnya di NIAC di pelabuhan tanjung mas.Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan ,Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. Niac pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan

Satu contoh lagi ketika Gus miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu gus miek langsung menuju watries (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itupun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu.

Pernah suatu ketika Gus Farid (anak KH.Ahamad Siddiq yang sering menemani Gus Miek) mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada”jawab Gus miek.

Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis “jawab Gus miek

Adanya sistem Da’wak yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber KH.Abdul Hamid (pasuruan) mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Kh.Abdul Hamid juga seorang waliyalloh.

Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya (sekarang siloam). Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan.

Biografi Imam Syafi'i

Biografi Imam Syafi'i

Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh Rasulullah SAW. dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.

Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.

Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau lebih dikenal sebagai ahli hadis dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam, karena itu, menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al Quran. Selain kedua sumber tersebut (Al Quran dan Hadits), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum islam.

Berkaitan dengan bid’ah, Imam Syafi’i berpendapat bahwa bid’ah itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bid’ah terpuji dan sesat, dikatakan terpuji jika bid’ah tersebut selaras dengan prinsip prinsip Al Quran dan Sunnah dan sebaliknya. dalam soal taklid, beliau selalu memberikan perhatian kepada murid muridnya agar tidak menerima begitu saja pendapat pendapat dan hasil ijtihadnya, beliau tidak senang murid muridnya bertaklid buta pada pendapat dan ijtihadnya, sebaliknya malah menyuruh untuk bersikap kritis dan berhati hati dalam menerima suatu pendapat, sebagaimana ungkapan beliau ” Inilah ijtihadku, apabila kalian menemukan ijtihad lain yang lebih baik dari ijtihadku maka ikutilah ijtihad tersebut “.

Diantara karya karya Imam Syafi’i yaitu Al Risalah, Al Umm yang mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnad berisi tentang hadis hadits Rasulullah yang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al hadits.

Biografi KH. Bisyri Syansuri

Biografi KH. Bisyri Syansuri

KH Bisyri Syansuri dilahirkan di desa Tayu, Pati, Jawa Tengah pada 28 Dzul Hijjah 1304 bertepatan dengan 18 September 1886 M. Beliau adalah putra ketiga dari pasangan suami istri Kyai Syansuri dan Nyai Mariah.

Pada usia tujuh tahun KH Bisyri Syansuri mulai belajar agama secara teratur yang diawali dengan belajar membaca Al Qur'an secara mujawwad (dengan bacaan tajwid yang benar) pada Kyai Shaleh di desa Tayu. Pelajaran membaca Al Qur' an ini ditekuninya sampai beliau berusia sembilan tahun. Kemudian beliau melanjutkan pelajarannya ke pesantren Kajen. Guru beliau bernama Kyai Abdul Salam, seorang Huffadz yang juga terkenal penguasaannya di bidang Fiqih. Dibawah bimbingan ulama ini beliau mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab, fiqih, tafsir, dan hadits.

Pada usia lima belas tahun KH Bisyri Syansuri berpindah pesantren lagi, belajar pada Kyai Khalil di Demangan Bangkalan. Kemudian pada usia 19 tahun beliau meneruskan pelajarannya ke pesantren Tebuireng Jombang. Dibawah bimbingan KH Hasyim Asy'ari beliau mempelajari berbagai ilmu agama Islam. Kecerdasan dan ketaatan beliau menyebabkan tumbuhnya hubungan yang sangat erat antara beliau dengan hadratus syaikh untuk masa-masa selanjutnya.

Setelah enam tahun lamanya belajar di Tebuireng, pada usia 24 tahun beliau berangkat melanjutkan pendidikan ke Makkah. Beliau bersahabat dengan KH Abdul Wahab Hasbullah sejak di pesantren Kademangan sampai di tanah suci Makkah. Ketika Adik KH Abdul Wahab Hasbullah yang bemama Nur Khadijah menunaikan ibadah haji bersama ibunya pada tahun 1914, KH Abdul Wahab Hasbullah menjodohkan adiknya dengan KH Bisyri Syansuri, dan pada tahun itu juga beliau pulang ke tanah air.

Kepulangan ke tanah air itu membawa beliau kepada pilihan untuk kembali ke Tayu atau menetap di Tambakberas. Atas permintaan keluarga Nur Khadijah, beliau menetap di Tambakberas Jombang. Setelah dua tahun menetap dan membantu mengajar di Pesantren Tambakberas, pada tahun 1917 beliau pindah ke desa Denanyar. Di tempat ini beliau bertani sambil mengajar, yang kemudian berkembang menjadi sebuah pesantren. Semula pesantren ini hanya mendidik santri laki-laki, tetapi pada tahun 1919 beliau mencoba membuka pengajaran khusus bagi para santri wanita. Percobaan ini temyata mempunyai pengaruh bagi perkembangan pesantren, khususnya di JawaTimur. Karena sebelumnya memang tidak pernah ada pendidikan khusus untuk santri putri.

KH Bisyri Syansuri termasuk salah seorang ulama yang ikut mengambil bagian dalam kelahiran Nahdlatul Ulama dan selama hidupnya selalu mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kebesaran Nahdlatul Ulama. Beliau juga dikenal sebagai pejuang yang dengan gigih menentang penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa perang kemerdekaan beliau ikut terjun di medan tempur melawan tentara Belanda dan menjabat sebagai ketua Markas Pertahanan Hizbullah-Sabilillah di Jawa Timur, merangkap sebagai wakil ketua Markas Ulama Jawa timur yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Hasbullah.

KH Bisyri Syansuri adalah seorang ulama besar yang memiliki sifat sederhana dan rendah hati. Meskipun demikian beliau dikenal sebagai ulama yang teguh pendirian dan memegang prinsip. Dalam menjalankan tugas beliau selalu istiqamah dan tidak mudah goyah, terutama dalam memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan syari'at Islam. setiap hukum suatu persoalan yang sudah Jelas dalilnya dari Al Quran, Hadits, Ijma atau Qiyas keputusan beliau selalu tegas dan tidak bisa ditawar-tawar.

Di dalam kepengurusan NU semula beliau menjadi salah seorang a'wan syuriyah. Pada Muktamar NU ke-13 tahun 1950 beliau diangkat sebagai salah seorang Rais Syuriyah. Kemudian setelah KH Abdul Wahab Hasbullah wafat pada tahun 1971 Musyawarah Ulama secara bulat memilih beliau menjadi Rais Am PBNU sampai beliau wafat pada hari Jum'at 25 April 1980 dalam usia 94 tahun. Makam beliau berada di komplek Pondok Pesantren Manbaul Maarif Denanyar Jombang, Jawa Timur.


Sumber: Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an untuk SMP/MTs. PW LP Ma’arif Jawa Timur.

Biografi KH. Abdul Wahab Hasbullah

KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang sangat alim dan tokoh besar dalam NU dan bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan di Desa Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret 1888. silsilah KH. Abdul Wahab Hasbullah bertemu dengan silsilah KHM. Hasyim Asy’ari pada datuk yang bernama Kiai Shihah.

Semenjak kanak-kanak, Abdul Wahab dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala permainan. Beliau dididik ayahnya sendiri cara hidup,seorang santri. Diajaknya shalat berjamaah, dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajjud. Kemudian K.H. Hasbullah membimbingnya untuk menghafalkan Juz Ammah dan membaca Al Quran dengan tartil dan fasih. Lalu beliau dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil dan isinya diperlukan untuk amaliyah sehari-hari. Misalnya Kitab Safinatunnaja, Fathul Qorib, Fathul Mu'in, Fathul Wahab, Muhadzdzab dan Al Majmu'. Abdul Wahab juga belajar Ilmu Tauhid, Tafsir, Ulumul Quran, Hadits, dan Ulumul Hadits.

Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecilnya yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Sampai berusia 13 tahun Abdul Wahab dalam asuhan langsung ayahnya. Setelah dianggap cukup bekal ilmunya, barulah Abdul Wahab merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya. Kemudian Abdul Wahab belajar di pesantren Bangkalan, Madura yang diasuh oleh K.H. Kholil Waliyullah.

Beliau tidak puas hanya belajar di pesantren-pesantren tersebut, maka pada usia sekitar 27 tahun, pemuda Abdul Wahab pergi ke Makkah. Di tanah suci itu mukim selama 5 tahun, dan belajar pada Syekh Mahfudh At Turmasi dan Syekh Yamany. Setelah pulang ke tanah air, Abdul Wahab langsung diterima oleh umat Islam dan para ulama dengan penuh kebanggaan.

Langkah awal yang ditempuh K.H. Abdul Wahab Hasbullah, kelak sebagai Bapak Pendiri NU, itu merupakan usaha membangun semangat nasionalisme lewat jalur pendidikan. Nama madrasah sengaja dipilih 'Nahdlatul Wathan' yang berarti: 'Bergeraknya/bangkitnya tanah air', ditambah dgngan gubahan syajr-syair yang penuh dengan pekik perjuangan, kecintaan terhadap tanah tumpah darah serta kebencian terhadap penjajah, adalah bukti dari cita-cita murni Kiai Abdul Wahab Hasbullah untuk membebaskan. belenggu kolonial Belanda.

Namun demikian, tidak kalah pentingnya memperhatikan langkah selanjutnya yang akan ditempuh Kiai Wahab, setelah berhasil mendirikan 'Nahdlatul Wathan'. Ini penting karena dalam diri Kiai 'Wahab agaknya tersimpan beberapa sifat yang jarang dipunyai oleh orang lain. Beliau adalah tipe manusia yang pandai bergaul dan gampang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tetapi, beliau juga seorang ulama yang paling tangguh mempertahankan dan membela pendiriannya. Beliau diketahui sebagai pembela ulama pesantren (ulama bermadzhab) dari serangan-serangan kaum modernis anti madzhab.

Bertolak dari sifat dan sikap Kiai Wahab itulah, maka mudah dipahami apabila kemudian beliau mengadakan pendekatan dengan ulama-ulama terkemuka seperti, K.H. A. Dachlan, pengasuh pondok Kebondalem Surabaya, untuk mendirikan madrasah 'Taswirul Afkar'. Semula 'Taswirul Afkar' yang berarti 'Potret Pemikiran' itu, merupakan kelompok diskusi yang membahas berbagai masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Dan anggotanya juga terdiri atas para ulama dan ulama muda yang mempertahankan sistem bermadzhab. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1919, kelompok ini ditingkatkan statusnya menjadi madrasah 'Taswirul Afkar' yang bertugas mendidik anak-anak lelaki setingkat sekolah dasar agar menguasai ilmu pengetahuan agama tingkat

elementer.

Bertempat di Ampel Suci (dekat Masjid Ampel Surabaya), madrasah 'Taswirul Afkar' bergerak maju. Puluhan dan bahkan kemudian ratusan anak di Surabaya bagian utara itu menjadi murid 'Taswirul Afkar', yang pada saat itu (tahun-tahun permulaan) dipimpin K.H. A. Dachlan. Namun demikian, bukan berarti meniadakan kelompok diskusi tadi. Kegiatan diskusi tetap berjalan dan bahkan bertambah nampak hasilnya, berupa 'Taswirul Afkar'. Dan madrasah ini hingga sekarang masih ada dan bertambah megah. Hanya tempatnya telah berpindah, tidak lagi di Ampel Suci, tetapi di Jalan Pegirian Surabaya.

Hingga di sini Kiai Wahab telah berada di tiga lingkungan: Syarikat Islam (SI) berhubungan dengan H.O.S. Tjokroaminoto, Nahdlatul Wathan dengan K.H. Mas Mansur, dan Taswirul Afkar dengan K.H. A. Dachlan. Tiga lingkungan itu pun memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Tjokroaminoto lebih condong pada kegiatan politik; K.H. Mas Mansur lebih dekat dengan kelompok anti madzhab sedangkan K.H. A. Dachlan tidak berbeda dengan Kiai Wahab, yakni ulama yang mempertahankan sistem madzhab.

Dalam hubungannya dengan gerakan pembaruan itu, agaknya Kiai Wahab seringkali tidak dapat menghindari serangan-serangan mereka baik yang ada di SI maupun di K.H. Mas Mansur sendiri. Meski tujuan utamanya membangun nasionalisme, serangan-serangan kaum modernis seringkali dilancarkan hingga Kiai Wahab perlu melayaninya. Di sinilah mulai tampak perbedaan pendapat antara Kiai Wahab dengan K.H. Mas Mansur.

Peristiwa ini tampaknya sudah terbayang dalam pikiran Kiai Wahab, sehingga tidak perlu mempengaruhi semangat perjuangannya. Bahkan beliau bertekad untuk mengembangkan Nahdlatul Wathan ke berbagai daerah. Dengan K.H. Mas Alwi, kepala sekolah yang baru, Kiai Wahab membentuk cabang-cabang baru: Akhul Wathan di Semarang, Far'ul Wathan di Gresik, Hidayatul Wathan di Jombang, Far'ul Wathan di Malang, Ahlul Wathan di Wonokromo, Khitabul Wathan di Pacarkeling, dan Hidayatul Wathan di Jagalan.

Apa pun nama madrasah di beberapa cabang itu pastilah dibelakangnya tercantum nama 'Wathan' yang berarti 'tanah air'. Ini berarti tujuan utamanya adalah membangun semangat cinta tanah air. Dan syair 'Nahdlatul Wathan' berkumandang di berbagai daerah dengan variasi cara menyanyikannya sendiri-sendiri. Misalnya di Tebuireng, hingga tahun 1940-an syair tersebut tetap dinyanyikan para santri setiap kali akan dimulainya kegiatan belajar di sekolah. Dan setiap hendak menyanyikan syair tersebut, para murid santri diminta berdiri tegak sebagaimana layaknya menyanyikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya'.

Seperti telah disinggung, bahwa selain Kiai Wahab harus memperhatikan Nahdlatu1 Wathan dan juga keterlibatannya di SI, beliau juga tidak dapat membiarkan serangan-serangan kaum modernis yang dilancarkan kepada ulama bermadzhab. Lagi pula, serangan-serangan itu tidak mungkin dapat dihadapi sendirian. Sebab itu, pada tahun 1924, Kiai Wahab membuka kursus 'masail diniyyah' (khusus masalah-masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan bagi ulama-ulama muda yang

mempertahankan madzhab.

Kegiatan kursus ini dipusatkan di madrasah 'Nahdlatul Wathan' tiga kali dalam seminggu. Dan pengikutnya ternyata tidak hanya terbatas dari Jawa Timur saja, melainkan juga ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan beberapa lagi dari Madura. Jumlah peserta kursus sebanyak 65 orang. Karena peserta begitu banyak, maka .Kiai Wahab meminta teman-temannya untuk membantu. Di antara teman-temannya yang bersedia mendampingi ialah KH. Bishri Syansuri (Jombang), KH. Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon), KH. Mas Alwi Abdul Aziz dan KH. Ridlwan Abdullah keduanya dari Surabaya, K.H. Maksum dan K.H. Chalil keduanya dari Lasem, Rembang. Sedangkan dari kelompok pemuda yang setia mendampingi Kiai Wahab ialah: Abdullah Ubaid, Kawatan Surabaya, Thahir Bakri, dan Abdul Hakim, Petukangan Surabaya, serta Hasan dan Nawawi, keduanya dari Surabaya.

Dengan demikian, Kiai Wahab telah juga membangun pertahanan cukup ampuh bagi menolak serangan-serangan kaum modernis. Enam puluh lima ulama yang dikursus, agaknya dipersiapkan betul untuk menjadi juru bicara tangguh dalam menghadapi kelompok pembaru, sehingga dalam perkembangan berikutnya, ketika berkobar perdebatan seputar masalah 'khilafiyah' di beberapa daerah, tidak lagi perlu meminta kedatangan Kiai Wahab, tapi cukup dihadapi ulama-ulama muda peserta kursus tersebut.

Pada saat pemimpin-pemimpin Islam mendapat undangan dari Raja Hijaz lalu membentuk Komite Khilafat, K.H. Abd. Wahab Hasbullah mengusulkan agar delegasi ke Makkah menuntut dilindunginya madzahibul arba' ah di Makkah - Madinah. Dan setelah mengetahui usulnya kurang diperhatikan oleh tokoh-tokoh SI dan Muhammadiyah, lalu KH. Abd. Wahab atas izin KH.Hasyim Asy' ari membentuk Komite Hijaz untuk mengirim delegasi sendiri ke Makkah - Madinah. Dan Komite Hijaz inilah yang kemudian melahirkan JAM’IYAH NAHDLATUL ULAMA, sehingga kehadiran NU tidak dapat dilepaskan dari perjuangan K.H. Abd. Wahab Hasbullah.

Demikianlah selintas pintas riwayat K.H. Abdul Wahab Hasbullah dalam menegakkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia dalam rangka mengusir penjajah di tanah tercinta Indonesia. Di samping itu beliau seorang tokoh besar Islam terutama dalam mempertahankan kebenaran madzhab dari serangan kaum yang menyebut dirinya modernis Islam.



Sumber: Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an untuk SMP/MTs. PW LP Ma’arif Jawa Timur.


Biografi KH. Mushlih Bin H. Abdurrozi

Hadratus Syekh KH. Mushlih bin H. Abdurrozi yang lebih dikenal dengan panggilan Mama Ajengan Jenggot, lahir pada tahun 1905 M di Desa Loji, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, dari seorang ibu bernama Hj. Romlah. Ayahnya bernama H. Abdur Rozi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Embah Penghulu Kadar. Keduanya merupakan keturunan dari Syekh Maulana Hasanudin, Banten. Semasa kecil Hadratus Syekh lebih dikenal dengan nama Den Enoh.



MASA BELAJAR

Pada awalnya beliau belajar kepada K.H. Masduki dari Waru, Pangkalan. Kemudian ke Citeko dan Cibogo, Plered. Lalu ke Pesantren Cigondewa , ke Mama Gedong (Ama Dimyati) Sukamiskin, Bandung, serta ke KH. Zaenal Mustofa, Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya. Sedangkan di bidang ilmu alat beliau belajar di Pesantren Sukaraja, Limbangan, Garut.

Beliau juga tercatat sebagi santri pertama Pesntren Cipasung, Tasikmalaya, karena KH. Ruchyat, pendiri pesantren tersebut bersama-sama dengan beliau belajar di Sukamanah.

Ketika KH. Ruchyat pulang dan mendirikan pesantren Cipasung, Hadratus Syekh ikut dan menjadi santri pertamanya, sekaligus menjadi ustadz / guru bagi santri baru.

Beliau juga pernah belajar ke KH. Thubagus Mansyur (Paman beliau) di Ciserang Ujung Timur, Desa Cibogo Girang, Plered, Purwakarta, untuk memperdalam ilmu silat disamping ilmu-ilmu agama, dan ilmu silat ini juga beliau dapatkan dari orang tuanya.

Dalam bidang thariqah, beliau mengambil Thariqah Qadiriyah dan bersanad ke KH. Sujai, Buah Batu, Bandung (salah seorang tokoh pendiri UNINUS Bandung), dan KH. Ja’far Shadik, Sukamiskin, tetapi tidak diketahui kepada siapa beliau berguru / mendapat ijazah thariqah, namun beliau tabaruk thariqah ke Sukamiskin, Bandung.

Dalam bidang ilmu dalail dan ilmu hikmah beliau berguru kepada Ama Ajengan (Eyang) Rende (KH. Ahmad Zakariya bin H. Muhammad Syarif), salah seorang guru yang sangat dekat dengan beliau dan pernah mukim di Masjidil Haram selama 21 tahun.



AKTIVITAS

Pada tahun 1938 Hadratus Syekh KH. Mushlih mulai mendirikan Pondok Pesantren di Telukjambe (Wisma Kerja PERURI sekarang). Mungkin ini merupakan pondok pesantren pertama di Telukjambe, bahkan di Karawang.

Satu hal yang patut diacungi jempol, beliau menidirikan pondok pesantren tanpa meminta sumbangan dari masyarakat, tetapi betul-betul dari hasil berdagang, karena beliau terkenal gesit dan tekun berdagang. Bakat dagang ini telah terlihat sejak beliau masih kecil, yaitu suka membantu neneknya berjualan ikan peda.

Beliau biasa berjualan minyak wangi dan arloji (jam tangan) dengan naik sepeda sambil keliling mengisi majelis-majelis pengajian yang tersebar di Kabupaten Karawang, antara lain ke Desa Jatiragas Kecamatan Jatisari, Desa Langseb Kecamatan Pedes dan Rawamerta (yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Nihayatul Amal).

Konon kabarnya beliau juga pernah menjadi Penghulu di Telukjambe.

Antara tahun 1943-1945 atas panggilan gurunya, yaitu KH. Zaenal Mustofa, beliau berangkat ke Tasikmalaya dan ikut terlibat dalam perlawanan santri Singaparna melawan kolonial Jepang, yang terkenal dalam sejarah sebagai Tragedi Singaparna yang mengakibatkan gugurnya KH. Zaenal Mustofa dalam penyiksaan tentara Jepang, akibat tipu muslihat Jepang.

Sepulangnya dari Singaparna, Hadratus Syekh bersama keluarga pindah ke Loji dan santri di Telukjambe dibubarkan. Tetapi kemudian beliau mendirikan pesantren lagi di sekitar pasar Loji sekarang.

Pada tahun 1950, beliau pindah lagi ke Telukjambe (di depan Mesjid Jamie Al-Ikhlas sekarang), dan pada tahun 1976 mendirikan Mushola Al-Mushlih dengan bantuan bahan bangunan dari proyek pembangunan Asrama Kostrad 324.

Ketika PSII dan PERTI keluar dari Masyumi, NU juga keluar yang dinyatakan dalam Kongres di Palembang. Sebagai seorang Kiyai pesantren beliau mengikuti wadah NU, dan pernah datang ke H. Kustana (Ayah KH. Abdul Muhyi) berpesan supaya sejalan dalam berfikir dengan sikaf NU.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadratus Syekh KH. Mushlih layak disebut sebagai Tokoh Ulama Pejuang.

Pada hari Selasa, tanggal 15 Sya’ban 1405 H / 1985 M dalam usia ± 80 tahun, beliau dipanggil ke haribaan Allah SWT. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.

Sebelum wafat beliau mewakafkan sebidang tanah seluas ± 3.850 meter persegi yang disediakan bagi cucunda beliau KH. Nandang Qusyaerie, SH untuk dibangun Pondok Pesantren. Alhamdulillah, sejak tahun 1999 berdirilah secara resmi pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren Al-Mushlih, sebagaimana yang bapak/ibu saksikan sekarang ini.



PESAN-PESAN HADRATUS SYEKH

“Kalau kita berdo’a jangan mengingat apa yang kita inginkan (kebutuhan/hajat), tetapi kita hanya mengingat bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah Azza wa Jalla”.

“Jika kita mendapat suatu asror (Inkisyaf), jangan tertipu oleh hal itu (jangan terpengaruh), karena tujuan kita hanya Allah".

خشوع شهود خـضورالقـلب

“Supaya tidak mandek (vacum) menjalankan ibadah ubudiyah, terus hadir hati kepada Allah, Dzikir Wahid, yaitu hanya mengingat Allah Rabbul ‘Alamin”.

“Kita harus suluk, wushul, minimal ikhlash, dan juga tabarri”.

“Kita antara qadar dan ikhtiar, itulah aqidah Ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu aqidah yang berpegang teguh dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW, para Shahabat r.a., para Tabi’in, para Ulama Salaf dan Khalaf serta para Ulama Mutaakhirin.

“Shalat itu ada yang dinamakan Shalat Qaim, yaitu shalat 5 waktu yang biasa dilaksanakan, dan Shalat Daim, yaitu shalat sepanjang masa (seumur hidup) dengan jalan senantiasa ingat kepada Allah (dzikrullah)”.



SILSILAH NASAB

KH. Mushlih bin H. Abdur Rozi (Embah Penghulu Kadar) bin H. Abdul Karim (Embah Sarneha) bin Sayidin (Bapak Sarneha) bin Thubagus Bidin (Bah Emong) bin Pangeran Sake (Pangeran Saleh) bin Sultan Ageng Abdul Fatah (Sultan ageng Tirtayasa) bin Sultan Abu Ma’ali (Sultan Ahmad) bin Sultan Mahmud Abdul Mafahir (Sultan Abdul Kadir) bin Maulana Muhammad Nasiruddin bin Sultan Maulana Yusuf bin Sultan Maulana Hasanudin bin Syekh Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon).